Personal blog yang mengupas masalah kesehatan, kecantikan, pelajaran dan masih banyak lagi.

4 Tahapan Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia dari Dulu Sampai Sekarang


Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa melayu yang sejak dahulu dipakai sebagai bahasa perantara, bukan saja di kawasan Nusantara melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara. Pada zaman Sriwijaya, bahasa melayu berfungsi sebagai budaya, bahasa penghubung dan bahasa resmi kerajaan. Sejak saat itu, perkembangan bahasa Melayu terus mengalami perubahan, baik fungsi maupun struktur bahasanya. Bahasa Indonesia yang kita pakai saat ini tidak sama dengan bahasa melayu. Perbedaan ini disebabkan pengaruh perkembangan bahasa, baik dalam maupun luar.

Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi, ejaan dan hubungan lambang. Secara langsung, yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, kata dan penulisan tanda baca.

Ejaan bahasa Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan itu seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian perubahan itu selalu menuju arah kesempurnaan. Ejaan bahasa Indonesia telah mengalami empat tahapan perkembangan, yaitu :

1. Ejaan Van Ophuysen

Pada tahunn 1901 ditetapakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf latin, yang disebut ejaan Van Ophuysen, Van Ophuysen merancang ejaan itu dibantu oleh Engku Mawawi Gelar Soetan Ma’Moer dan Moehamad Talib Soetan Ibrahim.

Hal-hal yang menonjol dalam ejaan tersebut antara lain :
  • Huruf J untuk menuliskan kata-kata seperti kata pajung, kaju, saju, yang seharusnya dalam EYD adalah payung, kayu, dan sayu.
  • Huruf oe untuk menuliskan kata-kata seperti pada kata timoer, lagoe, doeloe, yang seharusnya dalam EYD adalah timur, lagu, dan dulu.

2. Ejaan Soewandi

Ejaan Soewandi diresmikan pada tanggal 14 Maret 1947 untuk menggantikan ejaan Van Ophuysen. Ejaan baru ini oleh masyarakat diberi julukan ejaan Repoeblik.

Hal-hal yang hanya perlu diketahui sehubungan dengan pengertian ejaan ini adalah :
  • Huruf oe diganti dengan huruf u, seperti kata buku, lampu, aku, yang sebelumnya ditulis dengan boekoe, lampoe, akoe.
  • Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulid dengan k, seperti pada kata  maklum dan rakyat yang sebelumnya ditulis ma’loem  dan ra’jat.
  • Kata ulang ditulis dengan angka, seperti bapak2, kata2, malam2 dan lain-lain.
  • Penulisan di- sebagai awalan dan di sebagai kata depan disamakan, yaitu ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, seperti dihalaman, dirumah, ditulis, dibaca, dan lain-lain.

Ejaan Melindo

Pada akhir tahun 1959 sidang perutusan Indonesia Melayu ( Slamet Mulyana dan Syeh Nasir bin Ismail yang merupakan ketua ), menghasilkan ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Akan tetapi, ejaan ini belum sempat diresmikan karena politik pada saat itu tidak menentu atau tidak stabil.

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)

Pemakaian bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD) diresmikan pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presidan Republik Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan keputusan Presiden nomor 57 tahun 1972. Berbagai hal yang perlu dikemukakan berhubungan dengan EYD adalah :

  • Perubahan huruf


Contoh :
NO
Ejaan Lama
Ejaan yang Disempurnakan
1
(dj) djala, djembatan
(j) jala, jembatan
2
(j) major, lajar, sajur
(y) mayor, layar, sayur
3
(nj) njala, menjimak
(ny) nyala, menyimak
4
(sj) sjukur, asjik
(sy) syukur, asyik
5
(tj) tjela, tjantik
(c) cela, cantik

  • Huruf-huruf di bawah ini sebenarnya ada dalam ejaan Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing. Huruf tersebut tetap digunakan dalam EYD.

Contoh :
(f) oktaf, huruf
(V) veto, volume
(z) zebra, lezat
  • Huruf x dan y yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai.

Contoh : 2x (x + y) = 2x + x + y

  • Penulisan di- sebagai kata depan ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya, di- sebagai tetap awalan tetap serangkai.

Contoh :
No
di (kata depan)
di (awalan)
1
di dalam
dipinjam
2
di atas
ditulis
3
di kamar
dibuka

  • Kata ulang ditulis lengkap dengan huruf, tidak boleh dengan angka.

Contoh: kata-kata, lama-lama. Bukan kata2, lama2.


Di atas adalah proses-proses yang terjadi pada perkembangan bahasa Indonesia, khususnya pada ejaan bahasa Indonesia.


Related : 4 Tahapan Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia dari Dulu Sampai Sekarang

0 Komentar untuk "4 Tahapan Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia dari Dulu Sampai Sekarang"